PENGANTAR FILSAFAT ILMU
DAN DASAR-DASAR PENGETAHUAN
SUMBER FILSAFAT ILMU
1. FILSAFAT
Filsafat dimulai oleh Thales sebagai filsafat jagat raya yang selanjutnya berkembang kea
rah kosmologi. Filsafat ini kemudian menjurus pada filsafat spekulatif pada plato dan metafisika pada Aristoteles. Filsafat merupakan sarana
untuk menetapkan kebenaran-kebenaran tentang Tuhan yang dapat dicapai oleh akal
manusia itu.
Dalam abad-abad selanjutnya filsafat
berkembang melalui dua jalur. Jalur yang pertama ialah filsafat alam (natural philosophy) yang mempelajari benda dan
peristiwa alamiah. Yang kedua adalah yang menyangkut tujuan dan kewajiban
manusia seperti etika, politik, dan psikologi disebut filsafat moral (moral philosophy) selama abad XVII-XVIII. Sebutan itu
kemudian dirasakan terlampau sempit dan diperluas menjadi filsafat mental dan moral (mental and moral philosophy).
Setelah memasuki abad XX
ini filsafat dalam garis besarnya dibedakan menjadi dua ragam, yakni filsafat
kritis dan filsafat spekulatif. Filsafat kritis itu kemudian oleh sebagian
filsuf disebut filsafat analitik (analytical
philosophy). Filsafat analitik memusatkan perhatiannya pada analisis secara
cermat terhadap makna berbagai pengertian yang diperbincangkan dalam filsafat
seperti misalnya substansi, eksistensi, moral, realitas, sebab, nilai,
kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kemestian.
Menurut perumusan Alferd North Whitehead,
filsafat spekulatif adalah usaha menyusun sebuah system ide-ide umum yang
berpautan, logis, dan perlu yang dalam kerangka system itu setiap unsure dari
pengalaman kita dapat ditafsirkan (speculative
philosophy is the endevour to frame a coherent, logical, necessary system of
general ideas in terms of which every element of our experience can be
interpreted0.
1. PENGERTIAN SEMULA
Kata philosophy
(filsafat ; inggris) berasal dari kata Yunani “Philosophia” yang berarti cinta
kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan shopia (kearifan).
Dahulu shopia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula
kebenaran pertama. Pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat
sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal
praktis.
2. PENDAPAT PLATO
Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan
pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang
seluruh kebenaran. Filsafat Plato itu kemudian digolongkan sebagai filsafat
spekulatif.
3. PENDAPAT ARISTOTELES
Ia membarikan dua macam definisi terhadap
prote philosophia itu, yakni sebagai ilmu tentang asas-asas pertama (the science of first principles) dan
sebagai suatu ilmu yang menyelidiki peradaan sebagai perbedaan dan cirri-ciri
yang tergolong pada objek itu berdasarkan sifat alaminya sendiri. Dalam
perkembangannya kemudian prote philosophia dari Aristoteles disebut metafisika.
Ini merupakan suatu istilah tehnis untuk pengertian filsafat spekulatif.
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN DALAM FILSAFAT ILMU
Dasar-dasar
Pengetahuan
Penalaran merupakan suatu proses berpikir
dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa bersikap dan bertindak.
Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapat melalui
kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Penalaran
mempunyai ciri, yaitu: merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir
logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau
menurut logika tertentu dan sifat analitik dari proses berpikirnya, menyadarkan
diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis
tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan, artinya kegiatan berpikir
analisis ialah berdasarkan langkah-langkah tertentu. Tidak semua kegiatan
berpikir mendasarkan pada penalaran deperti perasaan dan intuisi.
Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam
rangka menemukan kebenaran, kita dapat bedakan jenis pengetahuan. Pertama,
pengetahuan yang didapatkan melalui usaha aktif dari manusia untuk menemukan
kebenaran, baik secara nalar maupun lewat kegiatan lain seperti perasaan dan
intuisi. Kedua, penegtahuan yang didapat tidak dari kegiatan aktif manusia
melainkan ditawarkan atau diberikan seperti ajaran agama. Untuk melakukan
kegiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi
pengetahuan yang berasal dari sumber kebenaran yaitu dari rasio (paham
rasionalisme) dan fakta (paham empirisme). Penalaran ilmiah pada hakikatnya
merupakan gabungan penalaran deduktif (terkait dengan rasionalisme) dan
induktif (terkait dengan empirisme).